Anda pernah patah hati? Saya pernah.....
Patah hati dalam arti sebenar-benarnya.
Ditinggal seseorang yang sebelumnya dekat dengan hidup saya.
Terlepas dari kebodohan saya sebagai seorang manusia karena telah berani-beraninya menjalin suatu hubungan tidak dalam kerangka seharusnya, izinkan saya mengungkapkan sedikit perasaan saya.
Saya sempat bingung dengan makna mencintai.
Seseorang berkata, jangan pernah mencintai secara berlebihan bila tidak ingin disakiti.
Masuk akal...saya sadar itu.
Tapi, sisi lain hati saya pun berkata bahwa mencintai berarti totalitas.
Bahkan bila didalamnya terdapat kepedihan, kesakitan, diterima saja. Toh itu resiko.....
dengan kata lain, jangan berani-berani mencintai bila tidak mau menanggung resiko tersakiti.
Ternyata makna mencintai bisa sangat sederhana tapi juga bisa sangat rumit.
Setelah pengalaman buruk yang saya alami, saya mencoba berfikir ulang.
Jadi, cinta itu harus seperti apa?
bukankanh ia datang secara alami, mengalir tulus, tanpa sadar bahwa kita selalu ingin bersama, menyayangi, memberi dan melindungi...
Tapi,kemudian saya pun tersadar bahwa bila makna cinta hanya berhenti pada tataran sikap seperti itu, maka cinta hanya bersifat naluri saja, yang semua orang bisa merasakan bahkan hewan pun bisa.
Sedangkan cinta seharusnya menguatkan dan memberi energi yang membangun, bukan menjadi suatu justifikasi untuk melakukan tindakan-tindakan bodoh.
Naluri saja tidak cukup, akal pun harus ikut berperan.
Jadi bagaimana? Mencintai karena Allah? Mungkin itu jawabannya.
Harusnya dari dulu saya sadar.
Ketika relasi antar manusia atau lebih tepatnya hubungan antar laki-laki dan perempuan terjalin tidak dengan melibatkan Sang Maha Pemilik Cinta, wajar saja jika hanya kepedihan yang didapat.
Bukankah menyandarkan harapan dan berharap terlalu banyak dari seorang manusia sama saja dengan menyiapkan diri untuk suatu saat kecewa?
Ternyata cinta pun memiliki aturan...
Akhirnya, sayapun hanya dapat berdoa, Tuhan,tolong sederhanakan cintaku agar tak ada lagi ruang yang terasa sepi ketika cinta itu harus pergi...
Sunday, March 25, 2007
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment